Senjata tradisional merupakan produk budaya yang lekat
hubungannya dengan masyarakat. Selain digunakan untuk berlindung dari serangan
musuh, senjata tradisional juga digunakan dalam kegiatan berladang dan berburu.
Lebih dari fungsinya , senjata tradisional kini menjadi identitas suatu bangsa
yang turut memperkaya kebudayaan bangsa.
Mungkin anak muda zaman sekarang sudah langka yang tertarik
dengan kebudaya negara tercinta Indonesia ini. Karena kebanyakan dari mereka
terlalu sibuk dengan urusan seperti pacaran, ke salon, shoping, nonton atau
yang lainnya.
"Mari kita sadarkan generasi penerus bangsa ini"
Berikut
adalah senjata tradisional dari beberapa daerah di Indonesia
PEDANG JENAWI
merupakan senjata tradisional yang dimiki oleh Riau. Senjata
pada zaman dahulu digunakan sebagai alat untuk melindungi diri dari ancaman
lingkungannya, misalnya saja untuk melawan binatang buas atau untuk kelengkapan
berperang melawan suku lain.
Namun, sekarang ini senjata tradisional lebih digunakan
sebagai kelengkapan pakaian adat. Biasanya, pedang ini digunakan oleh panglima
perang. Panjang pedang ini bisa mencapai satu meter dan di ujung pegangannya
ada tonjolan kecil.
PARANG
Senjata tajam yang terbuat dari besi biasa.
Bentuknya relatif sederhana tanpa pernak pernik. Kegunaannya adalah sebagai
alat potong atau alat tebas (terutama selak belukar) kala penggunanya keluar
masuk hutan. Parang juga digunakan untuk pertanian.
Di Kalimantan parang juga disebut sebagai ambang.
Parang juga merupakan senjata khas orang Melayu di
kampung-kampung pada zaman dahulu. Sedangkan masyarakat Melayu di Jawa dan
Sumatra menjadikan parang sebagai salah satu senjata pertempuran.
KUJANG
Kujang adalah sebuah senjata unik dari daerah Jawa Barat.
Kujang mulai dibuat sekitar abad ke-8 atau ke-9, terbuat dari besi, baja dan
bahan pamor, panjangnya sekitar 20 sampai 25 cm dan beratnya sekitar 300 gram.
Kujang merupakan perkakas yang merefleksikan ketajaman dan
daya kritis dalam kehidupan juga melambangkan kekuatan dan keberanian untuk
melindungi hak dan kebenaran. Menjadi ciri khas, baik sebagai senjata, alat
pertanian, perlambang, hiasan, ataupun cindera mata.
Menurut Sanghyang siksakanda ng karesian pupuh XVII, kujang
adalah senjata kaum petani dan memiliki akar pada budaya pertanian masyarakat
Sunda.
KERIS
Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing
dan tajam pada kedua sisinya) dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di
kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan mudah dibedakan
dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang
melebar, seringkali bilahnya berkelok-kelok, dan banyak di antaranya memiliki
pamor (damascene), yaitu terlihat serat-serat lapisan logam cerah pada helai
bilah. Jenis senjata tikam yang memiliki kemiripan dengan keris adalah badik.
Senjata tikam lain asli Nusantara adalah kerambit.
Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel/peperangan,sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Pada penggunaan masa kini, keris
lebih merupakan benda aksesori (ageman) dalam berbusana, memiliki sejumlah
simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.
Keris Indonesia telah terdaftar di UNESCO sebagai Warisan
Budaya Dunia Non-Bendawi Manusia sejak 2005
CLURIT
Sabit, arit, atau celurit adalah alat pertanian berupa pisau
melengkung menyerupai bulan sabit. Meskipun bentuknya sama, secara bahasa arit
dan sabit cenderung merujuk pada alat pertanian, sedangkan celurit pada senjata
tajam. Orang yang pekerjaan sehari-harinya menggunakan sabit sebagai alat utama
adalah Tukang ngarit.
KERIS ( BALI )
Di Pulau Dewata, keris pun dilestarikan sebagai pusaka
sakral dan bagian dari tradisi.
Secara historis, keris Bali merupakan cerminan dari kekuatan
ekspansi kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa, khususnya Kerajaan Majapahit. Pada era modern, fungsi keris pun beralih dari senjata
menjadi pengayom. Itulah sebabnya, masyarakat adat di Bali tidak pernah lupa
menyematkan keris dalam setiap kegiatan. Pande-pande penempa keris pun terus
dilestarikan hingga sekarang.
Empu-empu keris di Bali tersebar di beberapa daerah, seperti
Kusamba Klungkung hingga Denpasar. Sebenarnya, di setiap kabupaten ada dan
dilestarikan, karena keris adalah bagian dari kebudayaan dan adat istiadat
masyarakat Bali. Sejarah perkerisan di Bali sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan di daerah lain di Nusantara. Di provinsi beribukota
Denpasar itu, seni menempa keris telah berkembang sejak 1343, yaitu ketika Bali
ditundukkan oleh Kerajaan Majapahit.
Karena penaklukkan oleh Majapahit itu, di Bali banyak
raja-raja yang datang dari Jawa. Mereka turut serta membawa empu-empunya ke
Bali. Dari situlah lantas para penempa dan empu-empu yang sudah
ada di Bali bergabung dengan empu-empu yang datang dari Majapahit. Sejak saat
itu, berkembanglah tradisi empu keris di Bali sampai saat ini. Jadi, sebenarnya
keris Bali banyak dipengaruhi oleh gaya Majapahit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar