Patung adalah benda tiga dimensi karya manusia yang diakui
secara khusus sebagai suatu karya seni. Orang yang menciptakan patung disebut
pematung. Tujuan penciptaan patung adalah untuk menghasilkan karya seni yang
dapat bertahan selama mungkin. Karenanya, patung biasanya dibuat dengan
menggunakan bahan yang tahan lama dan sering kali mahal, terutama dari perunggu
dan batu seperti marmer, kapur, dan granit. Kadang, walaupun sangat jarang,
digunakan pula bahan berharga seperti emas, perak, jade, dan gading. Bahan yang
lebih umum dan tidak terlalu mahal digunakan untuk tujuan yang lebih luar,
termasuk kayu, keramik, dan logam.
Pada masa lalu patung dijadikan sebagai berhala, simbol
Tuhan atau Dewa yang disembah. Tapi seiring dengan makin rasionalnya cara
berfikir manusia, maka patung tidak lagi dijadikan berhala melainkan hanya
sebagai karya seni belaka.
Arca Dewa Wisnu
Dalam ajaran agama Hindu, Wisnu (disebut
juga Sri Wisnu atau Nārāyana) adalah Dewa yang bergelar sebagai shtiti
(pemelihara) yang bertugas memelihara dan melindungi segala ciptaan Brahman
(Tuhan Yang Maha Esa). Dalam filsafat Hindu Waisnawa, Ia dipandang sebagai roh
suci sekaligus dewa yang tertinggi. Dalam filsafat Adwaita Wedanta dan tradisi Hindu
umumnya, Dewa Wisnu dipandang sebagai salah satu manifestasi Brahman dan enggan
untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri yang menyaingi atau sederajat dengan
Brahman.
Dalam Purana, dan selayaknya penggambaran umum, Dewa Wisnu
dilukiskan sebagai dewa yang berkulit hitam-kebiruan atau biru gelap; berlengan
empat, masing-masing memegang: gada, lotus, sangkala, dan chakra. Yang paling
identik dengan Wisnu adalah senjata cakra dan kulitnya yang berwarna biru
gelap. Dalam filsafat Waisnawa, Wisnu disebutkan memiliki wujud yang
berbeda-beda atau memiliki aspek-aspek tertentu.
Purana adalah bagian dari
kesusastraan Hindu yang memuat mitologi, legenda, dan kisah-kisah zaman dulu.
Kata Purana berarti sejarah kuno atau cerita kuno. Ada 18 kitab Purana yang
terkenal dengan sebutan “Mahapurana”. Penulisan kitab-kitab Purana diperkirakan
dimulai pada tahun 500 SM.
- Seorang pria yang berlengan empat. Berlengan empat melambangkan segala kekuasaanya dan segala kekuatannya untuk mengisi seluruh alam semesta.
- Kulitnya berwarna biru gelap, atau seperti warna langit. Warna biru melambangkan kekuatan yang tiada batas, seperti warna biru pada langit abadi atau lautan abadi tanpa batas.
- Di dadanya terdapat simbol kaki Resi Brigu.
- Juga terdapat simbol srivatsa di dadanya, simbol Dewi Laksmi, pasangannya.
- Pada lehernya, terdapat permata Kaustubha dan kalung dari rangkaian bunga
- Memakai mahkota, melambangkan kuasa seorang pemimpin
- Memakai sepasang giwang, melambangkan dua hal yang selalu bertentangan dalam penciptaan, seperti: kebijakan dan kebodohan, kesedihan dan kebahagiaan, kenikmatan dan kesakitan.
- Beristirahat dengan ranjang Ananta Sesa, ular suci.
Wisnu sering dilukiskan memegang empat benda yang selalu
melekat dengannya, yakni:
Terompet kulit kerang atau Shankhya, bernama
"Panchajanya", dipegang oleh tangan kiri atas, simbol kreativitas.
Panchajanya melambangkan lima elemen penyusun alam semesta dalam agama Hindu,
yakni: air, tanah, api, udara, dan ether.
Cakram, senjata berputar dengan gerigi tajam, bernama
"Sudarshana", dipegang oleh tangan kanan atas, melambangkan pikiran.
Sudarshana berarti pandangan yang baik.
Gada yang bernama "Komodaki", dipegang oleh tangan kiri bawah,
melambangkan keberadaan individual.
Bunga lotus atau "Padma", simbol kebebasan. Padma melambangkan
kekuatan yang memunculkan alam semesta.
Arca Brahma
Menurut ajaran agama Hindu, Brahma adalah Dewa pencipta. Dalam filsafat Adwaita, ia dipandang sebagai salah satu
manifestasi dari Brahman (sebutan Tuhan dalam konsep Hinduisme) yang bergelar
sebagai Dewa pencipta. Dewa Brahma sering disebut-sebut dalam kitab Upanishad
dan Bhagawadgita.
Kata Brahma memiliki arti : yang tumbuh, berkembang,
berevolusi, yang bertambah besar , yang meluap dari dirinya. Dalam beberapa
sumber, Nama Dewa Brahma diidentikan dengan nama Agni (api).
Dewa Brahma digambarkan sebagai sosok dewa dengan empat muka
yang menghadap ke empat penjuru arah mata angin (Caturmukha Brahma) yang
melambangkan kekuasaan terhadap Catur Weda, Catur Yuga (empat siklus waktu),
Catur Warna (empat pembagian masyarakat berdasarkan keterampilan). Dia
dilukiskan sebagai seorang pria tua dengan janggut putih yang memiliki makna
leluhur dari seluruh jagat raya, memiliki empat tangan yang memegang alat-alat
seperti:
- Aksamala/tasbih : simbol tiada awal dan tiada akhir.
- Sruk (sendok besar), dan Surva(sendok biasa) simbol dari upacara yadnya.
- Kamandalu/kendi simbol dari keabadian.
- Pustaka yang merupakan simbol dari Ilmu Pengetahuan.
- Dia berwahana Hamsa (Angsa) putih yang merupakan simbolisasi dari kebijaksanaan, dan kemampuan memilah baik dan buruk. Terkadang dia juga digambarkan sedang duduk dalam keadaan meditasi di atas bunga Padma (lotus) Merah yang merupakan lambang Kesucian lahir bathin.
Dewa Brahma disandingkan dengan Dewi Saraswati sebagai dewi
Ilmu Pengetahuan. Hal ini merupakan sebuah makna tersirat bahwa suatu
penciptaan atau suatu karya tanpa landasan ilmu pengetahuan adalah sia-sia.
( Arca Dewa Wisnu)
(Arca Dewa Brahma )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar